Kritikan Endipat ke Komdigi Berangkat dari Niat Baik, SEMMI Kepri Ajak Masyarakat Akhiri Polemik
Ketua SEMMI Wilayah Provinsi Kepulauan Riau, La Dewasatria Perdana Shandy
Detak News, BATAM – Serikat Mahasiswa Muslimin Indonesia (SEMMI) Wilayah Provinsi Kepulauan Riau menyampaikan empati dan solidaritas yang mendalam kepada seluruh masyarakat yang terdampak bencana alam di berbagai wilayah Sumatera.
Di tengah situasi darurat kemanusiaan tersebut, SEMMI Kepri mengajak seluruh elemen bangsa untuk menahan diri dari perdebatan yang berpotensi memicu emosi publik, dan kembali memusatkan perhatian pada keselamatan serta pemulihan kehidupan warga terdampak.
Ketua SEMMI Wilayah Provinsi Kepulauan Riau, La Dewasatria Perdana Shandy, menilai bahwa dinamika pernyataan yang berkembang di ruang publik terkait statemen Anggota DPR RI Endipat Wijaya perlu disikapi secara jernih dan proporsional, agar tidak mengaburkan fokus utama bangsa dalam menghadapi bencana.
Menurutnya, pernyataan Endipat Wijaya sejatinya merupakan bagian dari fungsi pengawasan DPR RI terhadap kinerja pemerintah, khususnya Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), dalam hal penyampaian informasi penanganan bencana kepada masyarakat.
“Bapak Endipat Wijaya sedang menjalankan fungsi pengawasan dengan mengkritisi komunikasi publik negara dalam penanganan bencana. Kritik tersebut berangkat dari niat baik agar informasi yang disampaikan pemerintah lebih utuh, jelas, dan tidak menimbulkan kebingungan di tengah masyarakat,” ujar La Dewasatria, Kamis, (18/12/2025).
Ia menegaskan bahwa kritik tersebut tidak dimaksudkan untuk mengurangi atau meniadakan peran relawan, masyarakat sipil, maupun solidaritas publik yang selama ini telah bekerja tanpa pamrih di lapangan. Sebaliknya, kritik itu bertujuan untuk memastikan bahwa kehadiran negara dapat dirasakan dan dipahami secara menyeluruh oleh masyarakat.
“Negara sangat dituntut kehadirannya dalam situasi bencana. Pada prinsipnya, negara telah bekerja sejak hari pertama bencana terjadi. Namun kita juga harus memahami bahwa bencana di wilayah Sumatera memiliki cakupan yang sangat luas, kompleks, serta menghadirkan tantangan besar dalam koordinasi, logistik, dan komunikasi publik,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia mengingatkan agar perbedaan pandangan yang muncul di ruang publik tidak berkembang menjadi perdebatan yang berujung pada amarah, kebencian, ataupun saling menyalahkan. Menurutnya, kondisi bencana justru membutuhkan ketenangan, empati, dan kerja bersama.
“Dalam situasi darurat kemanusiaan seperti ini, perdebatan sebaiknya kita sisihkan. Yang jauh lebih penting adalah bagaimana seluruh elemen bangsa – negara, relawan, dan masyarakat – bersatu dalam semangat gotong royong demi keselamatan warga serta pemulihan kehidupan masyarakat terdampak,” tegasnya.
La Dewasatria menilai bahwa kehadiran negara dan solidaritas masyarakat bukanlah dua hal yang saling bertentangan, melainkan kekuatan yang harus saling menguatkan. Kritik, pengawasan, dan solidaritas publik harus ditempatkan dalam satu tujuan yang sama, yakni kemanusiaan.
“Di atas segala dinamika narasi dan perbedaan pandangan, korban bencana harus menjadi pusat perhatian kita bersama. Mari kita jaga ruang publik tetap sejuk, saling menghormati niat baik, dan mengarahkan seluruh energi bangsa untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang berjuang di tengah bencana,” tutup La DDewasatria. (rls)
